Tangerangupdate.com (15/08/2021) | Kota Serang – – – Dugaan banyaknya siswa titipan dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK di Provinsi Banten mencuat.
Wakil Koordinator Tangerang Public Transparency Watch (TRUTH) Jupry Nugroho mengungkap, di setiap SMA/SMK Negeri menerima 400 atau 500 siswa, separuh rombongan belajar (rombel) berpotensi diselewengkan oknum.
Para oknum tersebut bukan hanya dari kalangan pejabat, tetapi orang-orang yang dekat dengan kekuasaan, bahkan aparat hukum hingga birokrat kelas bawah.
“Bukan (hanya) pejabat, oknum lingkungan juga ikut bermain karena alasan zonasi,” ungkap Jupry.
Jupry melanjutkan, para oknum itu bisa meloloskan siswa ke SMA/SMK Negeri di Banten yang berlabel favorit dengan salah satu syarat, diduga harus merogoh kocek Rp15 juta, Rp20 juta, Rp25 juta hingga Rp. 30 Juta.
“Untuk lolos di sekolah favorit orangtua harus menyiapkan uang. Bahkan hingga puluhan juta,” lanjutnya.
Akibat ulah nakal oknum tersebut, banyak siswa yang mendaftar meskipun jarak domisili berdekatan justru tidak lolos di sekolah yang dituju.
Ada sejumlah persoalan lama dan selalu terjadi pada sistem zonasi salah satunya perihal keterbukaan atau transparansi penyelenggara PPDB.
Selama ini dirinya beranggapan, informasi yang menyangkut transparansi akses website atau kanal di sekolah atau Dindikbud Banten tidak mudah diakses masyarakat.
“Banyak yang sudah mengadu. Orangtua siswa menanyakan kenapa terlempar tidak bisa masuk. Sementara yang tidak mendaftar dan lokasinya jauh dari sekolah bisa masuk,” ungkapnya.
“Kami menduga memang sengaja dilakukan. Pasalnya supaya siswa titipan bisa masuk. Sayangnya bisa jadi mengorbankan siswa murni yang memenuhi syarat tpendaftaran. Jadi harus terlempar,” lanjut Jupry.
Jupry mengaku akan membawa persoalan ini ke jalur hukum. Saat ini katanya, pihaknya telah mengantongi catatan dari laporan warga lain yang merasa tidak diberlakukan adil dan akan terus mengumpulkan bukti sebagai data pendukung.
“Ini demi perbaikan dunia pendidikan di Banten. Jangan setiap tahun ajaran baru selalu terjadi persoalan sama,” pungkasnya.