Tangerang Update
Masuk
  • Home
  • Tangerang Raya
    • Kota Tangsel
    • Kota Tangerang
    • Kab Tangerang
  • Banten
  • Nasional
    • Ekonomi
    • Politik
    • Hukum
  • Metropolitan
  • Olahraga
  • Ragam
  • Daerah
  • Opini
  • Kab Tangerang
  • Kota Tangsel
  • kabupaten tangerang
  • tangerang selatan
  • tangsel
  • Nasional
Rabu, 15 Oktober 2025
Tangerang UpdateTangerang Update
Search
  • Home
  • Tangerang Raya
    • Kota Tangsel
    • Kota Tangerang
    • Kab Tangerang
  • Banten
  • Nasional
    • Ekonomi
    • Politik
    • Hukum
  • Metropolitan
  • Olahraga
  • Ragam
  • Daerah
  • Opini
Punya Akun? Masuk
Follow US
© 2025 Tangerang Update. Designed with ❤️ by dezainin.com.
Opini

Gugatan Ambang Batas Kandas : Filosofi Mahkamah Konstitusi Jauh Panggang Dari Api

Rhomi
Selasa, 12 Juli 2022 | 18:47 WIB
SHARE

Tangerangupdate.com (12/07/2022) —  Semenjak ketentuan Pasal 222 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum diundangkan, Pasal ini memang penuh akan intrik-intrik politik dan tendensius bermasalah. Ketentuan yang mengatur tentang ambang batas (presidential treasolt) 20 persen sebagai syarat pengusungan calon presiden dan wakil presiden bertubi-tubi digugat di Mahkamah Konstitusi.

Hingga hari ini diakumulasikan kurang lebih 19 kali gugatan judicial review di Mahkamah Konstitusi yang berujung kandas dan mengecewakan. Sebab selalu saja ditolak oleh Mahkamah, mulai dari alasan kedudukan hukum (legal standing) maupun sisi materilnya yang dinilai tak beralasan secara hukum.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Padahal secara teorik dan kontekstual ilmu hukum, Ketentuan ambang batas atau presidential threshold adalah instrumen hukum yang menyalahi akal sehat. Bagaimana tidak,  dengan adanya ketentuan ini jelas menciptakan diskriminasi hukum bagi partai-partai politik lainnya. Selain itu, ketentuan a quo secara nyata meruntuhkan sendi-sendi kehidupan demokratis, mencekal anak bangsa untuk berkontribusi membangun bangsa dan negara melalui kesempatan menjadi capres/cawapres dan yang paling parahnya ketentuan ambang batas ini sebagaimana sudah kita saksikan sebelumnya menyebabkan polarisasi dan pembelahan di antara anak bangsa pada setiap momentum pemilu yang sangat mencengangkan dan miris.

Kita kemudian mempertanyakan apa yang menjadi rasio residendi Mahkamah Kontitusi untuk menolak gugatan ambang batas ini. Padahal sudah jelas-jelas rakyat berkali-bekali mengajukan keberatan terhadap adanya ambang batas 20 persen pencalonan presiden dan atau wakil presiden. Disamping itu,  menurut penulis bahwasanya ketika menelaah dengan seksama tentang Filosofis Hakim Mahkamah maupun keberadaan institusi Mahkamah konstitusi,  sedikitnya ada dua hal mendasar yang harus diresapi.

BACA JUGA:  Ciputat: Pusat Kota yang Terlupakan dalam Bayang-Bayang Kemewahan Swasta

Pertama, hakim yang menduduki jabatan sebagai hakim konstitusi adalah sebagai pengawal konstitusi (the guardient of the constitution), arti mendasar sebagai seorang pengawal konstitusi. Maka layaknya sebagai pengawal,  Mahkamah Konstitusi harus betul-betul mengawal agar Undang-Undang yang dibuat oleh institusi DPR tidak menyalahi ketentuan yang lebih tinggi atau konstitusi bernegara.  Kalau kita melihat berkali-kali ambang batas digugat oleh warga negara dari berbagai latar belakang, yang hari ini juga diajukan oleh PBB maupun institusi negara DPD dan hasilnya kandas ditolak Mahkamah Konstitusi, tentu mengindikasikan bahwa ketentuan a quo memiliki persoalan yang serius yang bukan hanya sekadar dimaknai bertentangan atau tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi. Bahwa apa yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi yang oleh kajian politis kita dapat menyebutnya sebagai behind the scene, ada yang tersembunyi dibalik sikap dan putusan Mahkamah Konstitusi ini yang selalu saja kaku dan jumud hingga menolak gugatan ambang batas. Sehingga menukil pendapat Yusril Ihza Mahendra perihal dewasa ini Mahkamah Konstitusi bukan lagi the guardian of constitution, melainkan menjadi the guardian of oligarchy.

Sesuatu yang tersembunyi atau  behind the scene yang selama ini menghantui benak rakyat indonesia,  tentang keputusan Mahkamah ini hanya untuk mengawal kepentingan segelintir orang yakni oligark-oligark. Dan keadaan ini sangat berbahaya bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab tidak ada harapan bagi para pencari keadilan (justice seekers) untuk menaruh harapan tegaknya hukum dan keadilan melalui Mahkamah Konstitusi.

Kedua, hal yang tidak luput pula, ada hal fundamental yang melekat pada jabatan hakim Mahkamah Konstitusi yaitu seorang negarawan. Ini adalah pra syarat mutlak untuk menjadi seorang hakim konstitusi yang ditegaskan di dalam Pasal 24C ayat (5) UUD 1945 “bahwa Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara”.

BACA JUGA:  Tantangan Partai Politik Atas Putusan MK NO. 135/PUU-XXII/2024

Konsepsi kenegarawan ini menurut salah satu karya Plato adalah The Statesman atau Politikos. Karya tersebut berisi dialog antara Socrates dan muridnya yang bernama Theodorus yang bermaksud menyajikan pemikiran bahwa untuk memerintah diperlukan kemampuan khusus (gnosis) yang hanya dimiliki oleh negarawan, yaitu kemampuan mengatur dengan adil dan baik serta mengutamakan kepentingan warga negara.

Kiranya konsepsi plato ini perlu dibaca oleh hakim Mahkamah Konstitusi, agar tidak kaku dan jumud dalam melihat hukum yang ada. Hakim Mahkamah Konstitusi harus melepaskan ikatan yang mengikatnya dari semua kepentingan terselubung di belakangnya. Mahkamah harus adil dalam memutus dengan orientasi untuk kepentingan segenap warga negara.

Atau juga hakim Mahkamah perlu mengilhami ucapan filsuf Taverne yang pernah mengatakan “Berikanlah aku seorang jaksa yang jujur ​​dan cerdas, berikanlah aku seorang hakim yang jujur ​​dan cerdas, berikanlah aku polisi jujur ​​dan cerdas maka dengan undang-undang paling buruk pun, penegakkan hukum akan menghasilkan putusan yang adil. Agar putusan-putusan Mahkamah Konstitusi tidaklah kaku yang hanya bersembunyi dengan alasan open legal policy. Padahal dalam banyak kesempatan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi banyak membentuk norma baru atau bertindak sebagai positive legislator.

Gugatan demi gugatan yang dilayangkan terhadap ketentuan Pasal 222 UU Pemilu tentang ambang batas dari 20  persen menjadi nol Persen ini seharusnya disadari bahwa melukai rasa keadilan warga negara. Dalam kajian sosiologis hukum dengan besarnya kuantitas gugatan terhadap Pasal a quo seharusnya dapat menjadi pijakan bagi Mahkamah Konstitusi agar tidak mempertahankan pendiriannya yang statis tetapi lebih mengedepankan nilai-nilai yang hidup dalam perkembangan dinamika ketatanegaraan.

BACA JUGA:  Tantangan Partai Politik Atas Putusan MK NO. 135/PUU-XXII/2024

Sedikit kiranya juga yang tidak luput dalam benak penulis,  bahwasanya salah satu alasan Mahkamah Konstitusi menolak gugatan judicial review yang diajukan oleh ketum PBB. Bahwa adanya ambang batas atau presidential threshold 20 persen adalah sejalan untuk memperkuat sistem presidensial. Alasan ini menurut hemat penulis merupakan sebuah kesesatan (misleading) logika yang dibangun Mahkamah.  Memperkuat konsep presidensial dalam ilmu ketatanegaraan bukan terletak pada adanya ambang batas. Dengan mekanisme trias politika atau pembagian kekuasaan yang diadopsi dalam konstitusi kita itulah cukup menjelaskan dan mengafirmasi kekuatan sistem presidensial di Indonesia begitu juga dengan adanya ketentuan di dalam UUD 1945 yang menyatakan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Itu sudah jelas menunjukan bahwa semua landasan tersebut susah cukup menjadi pijakan konstitusional dalam memperkuat sistem presidensial. Sehingga dalam hal ini tidak ada relevansi antara keberadaan pranata hukum Ambang batas/presidential threshold untuk memperkuat sistem presidensial. Dan terakhir  dapat dilihat, yang ada hanyalah kesesatan (misleading) Mahkamah Konstitusi melalui dalil alasan memperkuat sistem presidensial menunjukkan sikap Mahkamah Konstitusi yang mencampur adukan logika hukum dan Logika politik.

Penulis: La Ode Nofal (Sekertaris Umum Pemerhati Hukum Indonesia)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pembaca Tangerangupdate.com. Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.

Bagikan:
Facebook Whatsapp Whatsapp Copy Link

– Advertisement –

WhatsApp Image 2025-08-16 at 7.48.48 PM
WhatsApp Image 2025-08-16 at 7.45.10 PM
iklan
WhatsApp Image 2025-08-16 at 8.15.38 PM

Terpopuler

Tangkapan layar Plang Penutupan akibat perbaikan Jembatan di Jalan Merpati Raya / Foto : TU

Perbaikan Mendadak Jembatan Merpati Raya Dikeluhkan, Warga: “Pemkot Tangsel Ngejar Serapan, Tapi Sosialisasi Nol”

Kepala Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah (PPD) HMI Cabang Ciputat, Alwi Asparin | Dok. Pribadi

Kecam Tayangan Melecehkan Pesantren dan Kiai, HMI Ciputat Desak KPI Sanksi Tegas Trans7

Para pekerja sedang memasang paving blok di Pedestarian jalan Ciater/ Foto: Juno

Dugaan Penyalahgunaan Material, Kejari Tangsel Tinjau Proyek Pedestrian Jalan Ciater Rp. 7,1 Milyar

IKA SAKTI Tangerang menyampaikan akan terus mengawal kasus dugaan korupsi pengadaan lahan RSUD Tigaraksa hingga tuntas | Foto: Koordinator IKA SAKTI, Doni Nuryana saat jumpa pers dengan wartawan di depan gedung DPRD Kabupaten Tangerang /Dok. Tangerangupdate.com

Demo Dugaan Korupsi Lahan RSUD Tigaraksa: IKA SAKTI Desak Pansus dan Pertanggungjawaban Bupati

Papan Pengerjaan Proyek Penanganan Kawasan Kumuh di Depan Kantor Pemkot Tangsel Kelurahan Serua/ Foto: Juno

Proyek 1,8 Milyar di Depan Kantor Pemkot Tangsel Dikeluhkan Warga, Pekerjaan Diduga Tak Sesuai DED

Guru PPPK saat sedang mengajar di salah satu SMA Negeri di Banten / Foto : Tangerang update

1800 Guru PPPK Banten Terjepit, Gaji Belum Cair: “Kami Mengajar, Tapi Tak Digaji”

Berita Terkait

Ilustrasi Gambar ini dibuat dengan kecerdasan buatan / Dok. TU
Opini

Ketika Kota Dengan Predikat “Paling Informatif” Gagap

Foto: Ilustrasi/Freepik: prostooleh
Opini

Preeklampsia sebagai Ancaman Tersembunyi bagi Ibu Hamil dan Janin

Ilustrasi
Opini

Gemuk atau Sehat? Menelusuri Akar Obesitas dan Cara Kembali Bugar

Peneliti RIGHTS, Septian Haditama (Dok. Istimewa)
Opini

Jolly Roger (Bendera One Piece): Alarm Perbaikan atau Revolusi bagi Republik Indonesia ke-80

Irhas Abdul Hadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat.
Nasional

Membangun SDM Indonesia: Jalan Panjang Menuju Abad Ketiga Milenium

Irhas Abdul Hadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat.
Kota Tangsel

Ciputat: Pusat Kota yang Terlupakan dalam Bayang-Bayang Kemewahan Swasta

Foto: Lukman Hakim (Direktur Eksekutif Yayasan Harsha Citra Indonesia) | Dok. Pribadi
Opini

Tantangan Partai Politik Atas Putusan MK NO. 135/PUU-XXII/2024

Presiden Prabowo Subianto | Foto : Kantor Staff Presiden RI
Opini

Mengkritik Pidato Presiden di Hari Lahir Pancasila, (Dari Adu Domba ke Adu Diksi)

Jangan Lewatkan

Gelaran Event Pantomim di GOR Bulungan Jakarta/ Foto : Ist

“Jejak Imaji Anak Negeri”: Pementasan Pantomim Anak yang Hening tapi Menggetarkan

Kamis, 9 Oktober 2025
Tangkapan layar Plang Penutupan akibat perbaikan Jembatan di Jalan Merpati Raya / Foto : TU

Perbaikan Mendadak Jembatan Merpati Raya Dikeluhkan, Warga: “Pemkot Tangsel Ngejar Serapan, Tapi Sosialisasi Nol”

Rabu, 15 Oktober 2025
Forum Masyarakat Peduli Pakuhaji agar Jalan Raya Pakuhaji segera dibangun | Dok. Istimewa

Forum Masyarakat Peduli Pakuhaji Desak Pemkab Tangerang Segera Bangun Jalan Pakuhaji

Sabtu, 11 Oktober 2025
Tangkapan Layar Kondisi Pasca Ledakan di Kantor Farmasi Nucleus Pondok Aren / Foto : Juno

Ledakan Misterius Hancurkan Kantor Farmasi di Pondok Aren, Polisi Sterilkan Lokasi

Kamis, 9 Oktober 2025
Kepala Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah (PPD) HMI Cabang Ciputat, Alwi Asparin | Dok. Pribadi

Kecam Tayangan Melecehkan Pesantren dan Kiai, HMI Ciputat Desak KPI Sanksi Tegas Trans7

Selasa, 14 Oktober 2025
IKA SAKTI Tangerang bakal menggelar aksi di depan Kejari Kabupaten Tangerang, Gedung Bupati dan DPRD Kabupaten Tangerang | Dok. Tangerangupdate.com

IKA SAKTI Bakal Gelar Demonstrasi Desak Bentuk Pansus Usut Dugaan Korupsi Lahan RSUD Tigaraksa

Minggu, 12 Oktober 2025
Jaringan Pemuda dan Mahasiswa Indonesia (JPMI) Banten minta PAW RR, Anggota DPRD Pandeglang disegerakan | Foto: Istimewa

Tindak Lanjut PAW RR Anggota DPRD Pandeglang Lamban, JPMI Minta BK DPRD Bertindak Tegas

Kamis, 9 Oktober 2025
Salah satu inovasinya yakni layanan Catat Meter Mandiri (CMM) yang kini dapat dilakukan secara mudah melalui WhatsApp Official PGN dan aplikasi PGN Mobile/ Foto : Ist

PGN Area Cilegon Dorong Warga Catat Meter Mandiri Lewat WhatsApp dan Aplikasi PGN Mobile

Jumat, 10 Oktober 2025
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Redaksi
Tangerang Update
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Redaksi
© Tangerang Update. Designed with ❤️ by dezainin.com.
Facebook X-twitter Youtube Whatsapp