Tangerangupdate.com | Pagi baru saja merekah di Vila Pamulang Mas 2, saat Ahmad Ghozali Mukti sudah berdiri di depan bangunan sederhana yang sejak 15 tahun lalu ia sebut sebagai “Rumah Kompos”.
Di sinilah kisah cinta paling jujur terhadap lingkungan dimulai bukan dengan spanduk, bukan dengan kampanye, tapi dengan aksi nyata memilah dan mengolah sampah.
Setiap harinya, Ghozali dan tim kecilnya menyambut sekitar 100 kilogram sampah organik dari hampir seribu kepala keluarga di RW 08, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan.
Bagi sebagian orang, angka itu bisa jadi cuma statistik. Tapi bagi Ghozali, itu adalah 100 kilogram harapan.
“Setiap plastik, setiap sisa dapur, itu semua punya cerita. Dan kalau kita mau peduli, mereka juga bisa kita ubah jadi sesuatu yang bermanfaat,” katanya sambil menggenggam sejumput kompos yang masih hangat dari hasil pengolahan semalam.
Ghozali tak pernah bercita-cita jadi ‘pejuang sampah’. Tapi ketika melihat lingkungannya mulai dibanjiri timbunan yang tak kunjung diangkut, ia dan beberapa warga memutuskan untuk tidak tinggal diam.
Mereka membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), menyusun AD/ART, dan mulai mengelola sampah rumah tangga secara mandiri.
Banyak yang meragukan langkah mereka. Tapi waktu menjawab segalanya. Kini, TPS 3R Vila Pamulang Mas 2 bukan hanya tempat pengolahan, tapi juga jadi ruang belajar, ruang berbagi, dan ruang tumbuhnya kesadaran kolektif.
“Ini kerja sosial. Nggak semua orang mau melakukannya. Tapi kami percaya, kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi?” ucap Ghozali, matanya teduh namun penuh api semangat.
Di tengah isu global tentang krisis lingkungan, TPS ini seolah titik kecil yang bersinar di peta besar permasalahan dunia.
Setiap karung kompos yang mereka hasilkan, setiap kilogram sampah yang tak jadi menumpuk di TPA Cipeucang, adalah bentuk kecil dari revolusi senyap yang dilakukan warga biasa.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan mencatat ada 36 TPS 3R aktif di kota ini. Tapi tak semua bertahan seperti milik Ghozali.
Banyak yang mati suri, sebagian hilang arah. Namun TPS 3R Vila Pamulang Mas 2 tetap tegak berdiri, karena yang menggerakkannya bukan hanya sistem, tapi hati.
Tb. Apriliadhi Kusumah Perbangsa, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Tangsel, mengakui peran mereka krusial.
“Kami akan terus upayakan agar TPS 3R tetap hidup. Apa yang dilakukan warga seperti Pak Ghozali, itu luar biasa,” katanya.
Dan setiap kali hari berganti, Ghozali kembali berdiri di Rumah Komposnya. Menghadapi aroma tajam sampah, ia tak meringis.
Karena bagi Ghozali, ini bukan sekadar soal kotor atau bersih. Ini soal warisan, soal masa depan, soal rumah yang kita semua tinggali bernama bumi.