Tangerangupdate.com (09/11/2021) | Kabupaten Tangerang — Seorang remaja berinisial SN (14) asal Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang diduga menjadi korban salah diagnosis yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Cikuya. Akibat hal itu, pasien harus mengalami keterlambatan penanganan medis.
Ketua Umum Sarekat Mahasiswa Demokratik (SMD) Kabupaten Tangerang, Fajar Rahman, yang melaporkan serta meminta klarifikasi atas kejadian tersebut, menjelaskan, kejadian bermula ketika SN membawa hasil Rontgen kepada pihak Puskesmas Cikuya hasil pemeriksaan di klinik yang berada di sekitar Kecamatan Solear.
Dari hasil diagnosis salah satu oknum pegawai Puskesmas, menyatakan bahwa pasien mengalami flek paru dan selanjutnya diarahkan untuk melakukan pemeriksaan BTA (cek dahak).
Lalu untuk mengetahui detail dari penyakit yang diderita, pasien mendatangi klinik yang lain di bilangan Tigaraksa dengan membawa hasil rontgen dan hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk memastikan mengenai sakit yang diderita SN.
Menurut keterangan petugas klinik, dirinya mengaku heran dengan diagnosis yang dilakukan oleh pihak Puskesmas, padahal katanya, kualitas foto rontgen yang dikeluarkan salah satu klinik sangat buruk.
“Pihak klinik menyayangkan hasil rontgen dan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak sesuai. Hasil rontgen menerangkan
bahwa pasien mengalami flek paru, sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium/BTA negatif, artinya tidak ada penyakit flek paru yang diderita oleh pasien,” ucapnya kepada redaksi tangerangupdate.com. Selasa (09/11/2021).
Fajar melanjutkan, pihak klinik lantas menyarankan SN untuk melakukan pemeriksaan rontgen kembali di Rumah Sakit Hermina Bitung. Dari pemeriksaan di rumah sakit tersebut, diketahui bahwa pasien menderita gagal ginjal.
“Pada pemeriksaan rontgen ke-2, diketahui bahwa pasien mengalami gagal ginjal,” ungkapnya.
Pasien selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit swasta di Jakarta Barat untuk melakukan cuci darah. Dokter menyarankan pada cuci darah ke dua agar pasien disertai dengan surat rujukan dari Puskesmas dekat tempat pasien tinggal.
Kemudian ketika keluarga pasien meminta dibuatkan surat rujukan oleh Puskesmas Cikuya. Pihak Puskesmas lantas menanyakan sakit yang diderita oleh pasien.
“Namun setelah dijawab bahwa pasien mengalami gagal ginjal, pihak Puskesmas malah menanyakan sakit ginjal itu penyakit macam apa?,” katanya.
Lebih lanjut Fajar menjelaskan, setelah mendapatkan surat rujukan, keluarga pasien kembali mendatangi Rumah Sakit Hermina Bitung untuk memberikan surat rujukan dari Puskesmas, dan selanjutnya akan diteruskan kepada pihak Rumah Sakit yang berada di Jakarta Barat.
Namun ternyata, surat yang diberikan Puskesmas Cikuya salah, di mana yang seharusnya rujukan untuk penyakit dalam, Puskesmas malah membuat surat rujukan untuk test urin.
Lantas keluarga pasien mendatangi kembali Puskesmas Cikuya untuk meminta revisi surat rujukan, namun katanya, salah satu oknum pegawai Puskesmas tidak merespon permintaan dari keluarga pasien.
“Pihak Puskesmas berasalan tidak mengetahui surat rujukan harus dituju kemana. Dan mengaku hanya berbekal googling,” tandasnya.
SMD meminta pihak Puskesmas agar bertanggung jawab atas dugaan kelalaian dalam pelayanan tersebut, serta memberikan klarifikasi terkait hal itu, jika tidak ada respon pihaknya akan mendampingi korban untuk melapor ke pihak-pihak terkait.
Sampai berita ini diturunkan, Kepala Puskesmas Cikuya masih belum merespon pertanyaan dari tim redaksi tangerangupdate.com. Jika direspon, kami akan muat dalam pemberitaan selanjutnya.