Tangerangupdate.com (28/08/2021) | Tangerang Selatan — Sopiyati nenek berumur 72 tahun, warga RT/RW 02/05 Kampung Serua Poncol, Kelurahan Sawah Baru, Ciputat, harus tetap bekerja meskipun diusia senja demi menghidupi dirinya dan anaknya.
Diusia dimana biasanya orang menikmati masa tuanya namun tidak dengan Sopiyati atau akrab disapa Emak Titi ini, bagaimana tidak dirinya harus menuntun dan sesekali mengayuh sepeda tuanya berkeliling untuk berjualan.
Bukannya tanpa alasan, ia terpaksa menjalani itu semua untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dirinya dan satu anaknya, karena suaminya telah lama meninggal.
Titi mengaku dirinya memiliki tiga anak, anak pertama meninggalkan rumah dan sudah tiga tahun tidak kembali, sementara anak kedua tinggal di dekat stasiun Jurangmanggu sudah berkeluarga, sementara dirinya tinggal dengan satu anaknya yang mengalami gangguan jiwa.
“Saya punya anak tiga, pertama udah tiga tahun ga pulang, kedua tinggal di deket stasiun Jurangmanggu udah berkeluarga, satu lagi di rumah emang kurang sehat jadi di dalam rumah aja,” ucap Titi kepada Tangerangupdate.com, Jumat ,(27/08).
Sambil berlinang air mata Titi menceritakan bagaimana kehidupannya sekarang, dirinya mengaku sering diingatkan untuk tidak berjualan ketika sakit, namun bagaimana untuk makan sehari-hari.
“Kalau saya ga jualan, darimana saya makan, ga mau saya minta sama orang,” tutur titi sambil menyeka airmatanya.
Tidak Mendapatkan Bantuan Sosial
Hal lain yang sangat memprihatinkan, Titi mengaku selama pandemi Covid-19 tidak pernah mendapat bantuan sosial (Bansos) maupun Program Keluarga Harapan (PKH), bahkan program bantuan lain yang bersumber dari pemerintah.
“Engga ada bantuan, dari awal orang ngambil berasa ada yang dapet duit, saya engga pernah dapet,” kata Titi dengan suara bergetar.
Sambil berlinang air mata, Titi menceritakan bahwa dirinya
Ketika kami menanyakan persoalan tersebut kepada Syarifudin ketua RT 02/05, Kampung Poncol, Ia beralasan bahwa adanya tumpang tindih nama dan NIK yang sama, sehingga Titi tidak mendapatkan bansos.
“Nama sopiyati atau Titi ini ada dua, jadi datanya mesti sama dan diperbaiki” jelasnya.
Cerita Sopiyati atau Titi, merupakan potret betapa semrawutnya pendataan dan distribusi bansos, masyarakat yang seharusnya berhak dan wajib mendapatkan bantuan justru tidak mendapatkan.