Tangerangupdate.com – Di tengah derasnya laju teknologi, gagasan Insan Kamil tetap menemukan relevansinya sebagai fondasi teologis yang membimbing manusia agar tetap utuh secara spiritual, etis, dan intelektual.
Bukan sekadar konsep sufistik, Insan Kamil adalah kerangka untuk memastikan bahwa manusia tidak hanyut dalam logika algoritma. Lalu, sejauh mana konsep Insan Kamil dapat menjadi pijakan?
Apakah konsep tersebut masih tetap relevan menghadapi perkembangan jaman? penulis sedikit-banyaknya mencoba mengurai persoalan tersebut.
Menurut Ibn Arabi, konsep Insan Kamil memiliki akar kuat yakni “cermin yang paling sempurna dari sifat-sifat ilahi”. Setidaknya, Ibn Arabi menekankan bahwa Insan Kamil adalah manusia yang sadar akan peran dan tanggung jawab kosmisnya. Di titik ini, gagasan Insan Kamil bukan sekadar konsep teologis, melainkan pendirian moral.
Sementara, hari ini kita menghadapi arus teknologi yang mencerabut manusia dari esensinya. Kenapa demikian?
Hemat penulis, hari ini banyak dari kita hidup tidak dituntun oleh kesadaran melainkan oleh algoritma dan ritme mesin.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) melaporkan bahwa sejak Oktober 2024 sampai Oktober 2025 saja telah ditindak lebih dari 3,1 juta konten negatif meliputi pornografi, perjudian daring, penipuan, dan pelanggaran hak kekayaan intelektual.
Hal tersebut setidaknya mencerminkan potret teknologi menggeser paradigma teknologi sebagai alat kemajuan.
Karena itu, keberanian kita meneladani konsep ‘Insan Kamil’ hari ini dapat menjadi pijakan, bukan untuk melawan teknologi, tetapi menjinakkannya, mengarahkannya, dan memakainya untuk mengangkat harkat manusia.
Tantangan terbesarnya bukan menguasai perangkat digital, tetapi menguasai diri sendiri. Dan peran terpentingnya bukan sekadar memahami teknologi, melainkan memastikan bahwa manusia tetap menjadi pusat peradaban, bukan sekadar pelengkap dari sistem yang kita ciptakan.
Pada akhirnya, gagasan Insan Kamil menawarkan kompas teologis yang esensial bagi manusia modern agar tidak hanyut dalam derasnya arus teknologi.
Di tengah kecenderungan digital yang menstandarkan perilaku, mempercepat ritme hidup, dan mengaburkan jati diri.
Insan Kamil mengingatkan bahwa manusia tidak boleh kehilangan kesadaran akan nilai, tanggung jawab, dan kemuliaan dirinya.
Teknologi memang menghadirkan peluang besar, tetapi tanpa kedalaman spiritual, etika, dan refleksi diri, manusia mudah tereduksi menjadi sekadar pengguna yang dikendalikan algoritma.
Penulis : Doni Nuryana
Disclaimer: artikel ini adalah kiriman dari pembaca Tangerangupdate.com. Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.



