Tangerangupdate.com (01/11/2021) — Organisasi pemerhati hak anak, Save The Children memaparkan, anak-anak kelahiran tahun 2020 akan merasakan suhu yang lebih panas dibanding generasi kakek nenek mereka hingga 7,7 kali lipat. Fenomena ini merupakan dampak dari perubahan iklim yang kian memburuk.
Mereka juga akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai serta 1,9 kali lebih banyak mengalami kekeringan.
Berdasarkan data Save The Children, anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan menghadapi 7% lebih banyak kebakaran hutan, 26% lebih banyak gagal panen, 31% lebih banyak kekeringan, 30% lebih banyak banjir sungai, dan 65% lebih banyak gelombang panas jika pemanasan global tak ditangani.
Dampak krisis iklim juga membuat jutaan anak dan keluarga masuk dalam kemiskinan jangka panjang. Di Indonesia, anak-anak disebut akan merasakan 3,2 kali lebih banyak gagal panen dan juga minimnya akses terhadap skema perlindungan sosial.
CEO Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung, mengatakan krisis iklim global turut membawa dampak nyata dan dirasakan oleh anak-anak Indonesia saat ini.
Selina menuturkan dampak krisis iklim akan jauh lebih buruk dirasakan oleh anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
“Hal ini disebabkan karena mereka sudah lebih dulu terpapar risiko yang jauh lebih besar tentang keterbatasan air, kelaparan, dan bahkan terancam menghadapi kematian karena kekurangan gizi,” tegas Selina. Ditulis, Senin (01/11/2021).
Menurutnya, anak-anak di Indonesia akan menjadi salah satu yang pihak yang terkena dampak paling buruk dari krisis iklim.
“Tanpa tindakan yang segera, kita akan menyerahkan masa depan yang suram dan mematikan pada anak,” ucapnya.
Selina mengungkapkan bahwa masih terdapat waktu untuk mengubah memperbaiki kondisi tersebut, salah satunya menjaga kenaikan suhu hingga maksimum 1,5°.
“(Jika bisa menjaga kenaikan suhu), beban antargenerasi pada bayi yang baru lahir berkurang 45% untuk gelombang panas; sebesar 39% untuk kekeringan; sebesar 38% untuk banjir sungai; sebesar 28% untuk gagal panen, dan sebesar 10% untuk kebakaran hutan,” ucap Selina.