Oleh : Nenden Paramita (Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis PSDKU Universitas Pamulang)
OPINI | Penghapusan sinyal internet atau blank spot di daerah suku baduy memang sangat menarik. Sejatinya, daerah yang sangat kental dan menghargai adat istiadat ini memang cukup ketat dalam menjalankan norma atau aturan adat. Urang kanekes, sapaan yang mereka sematkan sebagai identitas dari suku tersebut sangat lekat dan menggantungkan hidupnya pada alam dan mengisolasi diri dari peradaban luar.
Apakah relevan atau tidak? dengan ada dan tiada nya sinyal internet di kawasan tersebut?.
Daerah suku Baduy terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Lewidamar Kabupaten Lebak dengan populasi 5000 orang bahkan lebih.
Suku Baduy terbagi menjadi 2 kelompok yaitu Baduy Luar, dan Baduy Dalam. secara kasat mata mereka bisa dibedakan dari warna pakaian adat yang mereka kenakan.
Baduy dalam ( Kanekes Tangtu) merupakan kelompok yang sangat kental dan sangat menghormati aturan yang dibuat oleh para leluhurnya. mereka termasuk pada 3 kampung yaitu, Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Orang Kanekes dalam biasa menggunakan pakaian adat berwarna putih dan dilengkapi aksesoris ikat kepala yang berwarna putih juga, pakaian yang dipakai pun harus ditenun atau di jahit sendiri.
Peraturan di adat tangtu (Kanekes Dalam) sangat ketat, mereka tidak boleh mempunyai alat elektronik, harus membangun rumah ke arah utara/selatan (kecuali rumah pu’un) dan menggunakan alat transportasi. maka tak jarang kita menjumpai beberapa warga kanekes yang selalu berjalan kaki kemanapun ia pergi.
Sementara, Baduy Luar (Kanekes Luar) atau kelompok panamping berada di wilayah yang mengelilingi baduy dalam, seperti Cikadu,Kaduketuk, Kadukolot,Gajeboh dan yang lainnya.
Warga Kanekes Luar merupakan orang-orang yang keluar dari adat baduy dalam, hal itu terjadi karena mereka melanggar aturan adat yang ada di baduy dalam. maka dengan sendirinya mereka keluar dari baduy dalam atau menikah dengan orang baduy luar.
Berbeda dengan Kanekes Dalam, Warga Baduy Luar sudah tidak lagi terlalu mengikuti adat istiadat seperti baduy dalam, mereka sudah banyak terkontaminasi dengan dunia modern seperti menggunakan alat elektronik, berkendara bahkan terkadang mereka menggunakan baju sama seperti masyarakat biasa di luar baduy.
Sebelumnya, para tetua luhur adat baduy meminta internet yang ada di wilayahnya di hapuskan khususnya di baduy dalam, alasannya agar mereka tidak terkontaminasi dengan konten-konten negatif.
disamping itu, sudah tidak jarang warga baduy luar yang mempunyai akun media sosial seperti, Tiktok, YouTube, dan lain-lain.
Hal ini merupakan bentuk kekhawatiran dari tetua adat Baduy karena dapat mengancam terkikis nya adat istiadat yang ada di Baduy Dalam.
Disamping itu, Kominfo Mengabulkan permohonan dari warga baduy tersebut sehingga sinyal internet yang terpancar ke arah baduy kini sudah tidak bisa di akses lagi. namun tidak luput dari permasalahan berikutnya, beberapa daerah yang berdekatan dengan daerah baduy juga ikut terkena dampaknya. seperti warga Kecamatan Cirinten mengeluhkan dampak dari penghapusan sinyal internet tersebut sampai kepada wilayahnya, kini sinyal internet di daerah tersebut ikut hilang karena daerah nya berdekatan dengan Baduy.
Hal ini pun harus di soroti pemerintah karena bagaimanapun masyarakat luar baduy sudah terbiasa dengan gadget dalam kehidupan nya.