Tangerangupdate.com (13/12/2021) | Tangerang — Erupsinya Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, menimbulkan banyak cerita, mengenai gunung yang menjadi primadona para pendaki ini. Apa lagi setelah munculnya film 5cm yang berlatar setting di gunung tersebut.
Ada banyak cerita masyarakat, seputar betapa sakralnya gunung ini, mengutip dari salah satu akun sosial media @calonarangtaksu yang menceritakan kisah legenda Gunung Semeru dari presepktif Hindu diperoleh dari berbagai bersumbersudah di upload pada 5 Desember 2021.
Berawal dari kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa merupakan sebuah pulau mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Pulau Jawa diceritakan terombang-ambing di lautan. Para Dewa pun memutuskan untuk “memakunya”.
Atas titah Dewa Siwa, para dewa memindahkan Gunung Meru (Bagian dari Himalaya di India) ke atas Pulau Jawa. Dewa Wisnu kemudian menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa. Tugasnya menggendong Gunung Meru di punggung. Sementara, Dewa Brahma menjelma menjadi naga raksasa yang membelitkan tubuhnya bak tali yang mengikat gunung dan badan kura-kura. Gunung itu akhirnya dapat diangkut melalui lautan.
Sekejap saja, kedua dewa itu sudah selesai meletakkan Gunung Meru di bagian barat Pulau Jawa. Namun celakanya, berat gunung itu justru membuat ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Karena itu, Dewa Wisnu dan Brahma lalu memotong Gunung Meru dan meletakkannya bagian ujung atasnya di ujung timur sebagai penyeimbang.
Potongan bagian bawah gunung yang diletakkan di sebelah barat akhirnya menjadi Gunung Pawitra. Gunung itu saat ini dikenal dengan nama Gunung Pananggungan. Sementara itu, bagian utama dari Gunung Meru diletakkan di bagian timur Pulau Jawa. Sekarang ini gunung itu dikenal dengan nama Gunung Semeru. Kedua gunung ini disebut Paku Bumi Pulau Jawa
Nama Mahameru ini berasal dari bahasa sanskerta “Maha Meru”. Meru berarti pusat dari alam semesta, baik secara fisik maupun spiritual. Sedangkan Maha berarti sangat besar. Dari sinilah kemudian puncak Gunung Semeru diberi nama Mahameru.
Menurut Kepercayaan Bali, Gunung Semeru adalah Bapak Gunung Agung di Bali. Disebutkan dalam Lontar Raja Purana Pura Besakih, Lontar Raja Purana Pura Ulundanu Batur, Gunung Semeru merupakan stana dari Sang Hyang Pasupati dan juga merupakan pusat dari Seluruh Pura Kahyangan Jagat di Bali, karena itulah, sebelum dilaksanakannya pemujaan di Pura-pura tersebut, selalu dilakukan upacara mendak tirtha di Gunung Semeru.