Tangerangupdate.com (22/06/2020) Target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dipastikan sulit capai target seperti penerimaan negara hingga pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pandemi virus corona diakui memberi tekanan sangat besar kepada perekonomian Indonesia.
Kementerian Keuangan pun mengakui bahwa realisasi pajak tahun ini menurun dam defisit APBN kian melebar. Bahkan untuk pertumbuhan ekonomi di kurtal II tahun ini diperkirakan minus.
Okezone pun merangkum fakta-fakta terkat Realisasi APBN 2020, Minggu (21/6/2020):
1. Penerimaan Negara Ambles 7,9%
“Jadi secara total jumlah seluruh penerimaan perpajakan kita sampai 31 Mei sebesar Rp526,2 triliun atau 36% dari Perpres 54. Artinya penerimaan perpajakan kita kontraksi 7,9%,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani.
2. Penerimaan Pajak Turun
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penerimaan pajak sebesar Rp444,6 triliun atau turun hingga 10,8% dibandingkan periode Mei 2019. Hal tersebut bisa dilihat dari realisasi Pajak Penghasilan dari sektor minyak dan gas bumi (migas).
“Kalau kita komposisinya, keliatan sekali PPh dari migas yang hanya mencapai Rp17 triliun dibandingkan tahun lalu Rp26,4 triliun ini akibat harga minyak merosot tajam. Sehingga penerimaan PPh migas kontraksi sangat dalam yakni 35,6% dibandingkan tahun lalu,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani.
3. Defisit APBN Kian Melebar
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada bulan Mei 2020 mencapai Rp179,6 triliun atau sekitar 1,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit ini dikarenakan terjadinya kontraksi pada penerimaan. Sedangkan anggaran untuk kebutuhan belanja sangat tinggi.
“Defisit Rp179,6 triliun atau 1,1% dari total defisit dalam Perpres 54. Ini terjadi berarti kenaikan defisit 42,8%. Kenaikan defisit dibandingkan tahun lalu terjadi karena semua penerimaan negara mengalami kontraksi,” ujarnya.
4. Belanja Negara Belanja Rp843 Triliun
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan laporan realisasi belanja negara sampai dengan akhir Mei 2020 mencapai Rp843,9 triliun.
Realisasi ini setara dengan 32,3% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yang ada dalam Perpres 54/2020 yaitu sebesar Rp2.613,8 triliun.
“Pada bulan Mei 2020 ini kita sudah melakukan belanja Rp836,5 triliun atau 32,3% dari alokasi belanja yang ada di dalam Perpres 54/2020,” ujar Menkeu.
5. Ekonomi Kuartal II Minus 3,8%
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 menjadi minus 3,8%. Semula Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi 3,1%.
Menurut Sri Mulyani, di kuartal II-2020 Indonesia pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tekanan yang sangat tinggi. Mengingat sejumlah daerah yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah virus corona.
“Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang hanya minus 3,1%. Namun kuartal II kita alami tekanan, kemungkinan dalam kondisi negatif, BKF (Badan Kebijakan Fiskal) bilang negatif 3,8%,” ujar Sri Mulyani.
6. New Normal Jadi Tumpuan Ekonomi RI
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai proses masyarakat yang kembali produktif dan aman di tengah pandemi virus corona bisa mendorong pemulihan ekonomi. Untuk itu, pola kenormalan baru atau new normal diperkirakan bisa menumbuhkan ekonomi Indonesia pada kuartal III hingga IV.
“Proses pemulihan ke depan bergantung satu pola mengarah pada new normal. Yang saya pahami new normal bukan kembali ke kehidupan lama, tapi secara bertahap sembilan sektor sudah dibuka dengan tetap menerapkan protokol covid, produktif dan aman. Tentu itu meningkatkan aktivitas ekonomi dan dunia usaha,” tuturnya.
Sumber : https://www.okezone.com/tren/read/2020/06/20/620/2233534/realisasi-apbn-2020-terpapar-corona-penerimaan-negara-hingga-ekonomi-merosot?page=2