Tangerangupdate.com | Jumlah pemudik Lebaran 2025 mengalami penurunan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Kementerian Perhubungan mencatat sebanyak 146,48 juta orang melakukan perjalanan mudik tahun ini, turun drastis dari angka 193,6 juta pemudik pada 2024.
Menurut para ahli, fenomena ini bukan sekadar soal pilihan, melainkan mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sedang tertekan.
Ekonom dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang (Unpam), Andri Priadi, mengatakan penurunan jumlah pemudik ini adalah sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat sedang melemah.
“Mudik itu bukan hanya tradisi, tapi juga indikator ekonomi rumah tangga. Ketika orang memilih tidak mudik, itu biasanya karena faktor keuangan. Apalagi, kita melihat tren PHK yang meningkat sejak awal tahun,” ujar Andri saat dihubungi, Kamis (4/4).
Lebih lanjut, ia menyoroti fenomena PHK massal di sejumlah sektor industri sebagai penyebab utama menurunnya mobilitas masyarakat selama libur Lebaran.
Berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan, lebih dari 3.000 pekerja terkena PHK hanya dalam bulan Januari 2025, belum termasuk gelombang berikutnya yang datang dari sektor manufaktur dan elektronik.
“Kita tidak bisa menutup mata. PHK terjadi di mana-mana. Pabrik-pabrik besar seperti Sritex dan beberapa perusahaan elektronik menutup operasionalnya. Ini jelas berdampak pada konsumsi masyarakat secara keseluruhan, termasuk keputusan untuk mudik,” tambahnya.
Penurunan jumlah pemudik juga berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi, terutama transportasi, pariwisata, dan UMKM di daerah. Bisnis yang biasanya meraup keuntungan besar dari arus mudik, seperti jasa transportasi, penginapan, hingga makanan dan minuman, kini mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.
“Ekonomi daerah ikut terpukul. Ketika orang tidak datang, uang juga tidak berputar. Ini menunjukkan efek domino dari lemahnya ekonomi nasional terhadap sektor riil di lapangan,” jelas Andri.
Ia mengingatkan bahwa pemerintah perlu lebih responsif terhadap kondisi ini, bukan hanya dari sisi makro ekonomi, tetapi juga kesejahteraan masyarakat tingkat bawah.
“Perlu ada intervensi yang lebih tepat sasaran. Ketika mobilitas menurun karena alasan ekonomi, maka bukan infrastruktur yang perlu dibanggakan, tapi daya beli masyarakat yang harus segera dipulihkan,” katanya menutup.
Sementara itu, arus mudik tahun ini memang terpantau lancar, dengan volume kendaraan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, kelancaran itu justru menjadi penanda: jalanan sepi bukan karena lebih tertib, tapi karena kantong masyarakat sedang tipis.