
Tangerangupdate.com (19/01/2021) | Kota Tangsel— Ramainya pemberitaan terkait rombongan Presiden Joko Widodo yang sempat menerjang genangan air saat mengunjungi lokasi banjir di Kalimantan Selatan, Senin (18/01/2021) menuai beragam komentar.
Hampir seluruh media nasional ramai-ramai membahas betapa dramatisnya serta ketangguhan mobil yang dipakai sehingga dapat melalui genangan banjir setinggi bumper atau betis orang dewasa.
Melihat hal tersebut Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW) melalui akun Facebooknya @adnantopanhusodo mengatakan bahwa berita kunjungan Presiden Jokowi ke Kalsel diselimuti efek dramatis, terutama ketika rombongan Presiden menerobos banjir saat berkunjung ke lokasi bencana.
“Seringkali efek dramatis dalam pemberitaan tak terhindarkan, namun justru menggeser persoalan sebenarnya.
Dirinya juga mengomentari ucapan Jokowi yang mengatakan bahwa banjir di Kalsel sudah terjadi sejak lama ditambah curah hujan yang tinggi dalam 10 hari terkahir, sehingga menimbulkan banjir
“Sepemaham saya, Jokowi hanya menyebut banjir di Kalsel disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, hujan yang berturut-turut turun, tidak menyinggung sama sekali atau dengan tegas menyebut soal kerusakan lingkungan dan semakin gundulnya hutan disana sebagai salah satu faktor. Sementara Walhi dan organisasi penyelamat lingkungan lainnya menyebutkan faktor kerusakan lingkungan sebagai pemicu banjir besar tersebut. Anda percaya yang mana?” Tulis adnan di akun Facebooknya
Ditambahkannya masalah banjir dan para korban banjir harus dibantu dengan cepat, agar tidak menimbulkan masalah sosial dan kesehatan yang lebih besar. Namun jika kita berhenti di agenda jangka pendek, mengatasi dampak banjir saja, dan tidak melihat ulang kebijakan pembangunan yang sering mengorbankan kelestarian lingkungan dan harmoni antara masyarakat dengan alam, sesungguhnya kita hanya menunggu waktu banjir besar akan terjadi lagi di masa yang akan datang.
“Saya tidak dapat membayangkan jika Indonesia juga dilewati oleh siklon badai besar tahunan, seperti yang dialami oleh Philipina, Taiwan, Hong Kong, atau Jepang, tingkat kerusakan yang timbul mungkin dalam skala yang tidak pernah kita saksikan selama ini” tutup adnan./Juno