Tangerangupdate.com (15/09/2021) | Kabupaten Lebak — Penggiat lingkungan dari Riung Hijau Ahmad Baidhowi berikan tanggapan terkait banjir yang merendam sebagian wilayah di Kabupaten Lebak pada Senin (13/09).
Menurutnya, banjir yang sering terjadi tersebut akibat kurangnya perencanaan tata ruang wilayah padat pemukiman, serta saluran irigasi yang kecil, sehingga debit air tidak tertampung.
“Banjir yang terjadi di Rangkasbitung, diduga (akibat) kurangnya perencanaan tata. ruang wilayah padat pemukiman, serta saluran irigasi yang kecil, sehingga debit air tidak tertampung,” ucapnya kepada Tangerangupdate.com, ditulis Kamis (15/09)
Selain itu juga menurutnya “pengelolaan sampah harus diperhatikan, saluran irigasi jadi tempat pembuangan sampah rumahan yang tidak terkendali,” ujar Owi sapaan akrabnya.
Ketika ditanyakan apakah ada hubungannya banjir dengan kerusakan lahan resapan di hulu sungai yang ada di Kabupaten Lebak, dirinya tegas mengatakan bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi.
“Itu juga sangat mempengaruhi, karena banyak hutan yang dialih fungsikan menjadi tambang, tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Sehingga debit air yang di hilir semakin tidak terkendali,” tegasnya.
Sebelumnya bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak menyebut banjir yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, disebabkan oleh sedimentasi dan pedangkalan sungai.
Hal itu dikatakan oleh Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizky Pratama saat dikonfirmasi redaksi tangerangupdate.com.
Selain curah hujan yang ekstrime, Febby juga menyalahkan perilaku masyarakat yang membuang limbah langsung ke saluran air, sehingga katanya, terjadi penyempitan di banyak drainase.
“Sedimentasi dan pedangkalan sungai, kemudian banyak drainase yg menyempit akibat limbah manusia,” katanya melalui pesan singkat, Selasa (14/09/2021).
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, banjir itu diperparah dengan kurangnya Daerah Aliran Sungai (DAS) di hulu, sehingga, dampak tersebut dirasakan oleh masyarakat perkotaan.
“Tentunya kurangnya catchment area di sekitar hulu sungai penyebab banjir di perkotaan,” pungkasnya.