Tangerangupdate.com (27/10/2021) | Tangerang Selatan — Komite Sekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Kota Tangerang Selatan. Hendrayana, membantah polemik dugaan pungli pembelian AC di SMPN 5 Kota Tangerang Selatan.
Ia beralasan bahwa pungutan tersebut hanya berupa sumbangan pemeliharaan dan kegiatan-kegiatan lain yang tak tercover oleh Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Hendrayana mengaku diminta oleh pihak sekolah untuk menjadi fasilitator antara sekolah dengan walimurid saat rapat pada Sabtu (16/10) lalu.
“Nah pada saat itu, satu satunya jalan bermusyawarah dengan orang tua, pada Sabtu. Dan memang yang pertama ngebuka kepala sekolah, dan setelah itu yang mengajak saya, dari pihak komite sekolah. Maksudnya ngajak ini sebagai fasilitator antara sekolah dengan walimurid,” ucapnya saat ditemui di SMPN 5 Tangsel, Kamis (28/10/2021).
Nantinya kaya Hendrayana, sebagian uang sumbangan tersebut akan digunakan untuk kegiatan anak-anak sekolah, sebagian untuk pemeliharaan sekolah dan sebagian lagi akan digunakan jika ada keperluan sekolah.
“Karna yang saya tau buat beli minum itu harus rapat dulu, kalo ga rapat ga boleh. Masa iya beli minum harus rapat?,” katanya sambil bertanya.
Sementara itu, Kepala SMPN 5 Tangsel, Drs. H. Muslih, M.Pd, yang hadir dalam sesi wawancara tersebut menambahkan, sebenarnya dalam pertemuan pihak sekolah dan wali murid pada saat itu tidak menyinggung soal permintaan kolektif untuk membeli kipas angin ataupun AC.
Sebab katanya, dirinya beralasan, jika para wali murid tersebut ingin menyumbangkan kipas ataupun AC maka pihak sekolah dengan senang hati akan menerima sumbangan tersebut.
“Kalau dibilang pengennya saya, orang tua itu nyumbangnya AC. Karna apa, sebab sekolah udah bagus banget. Supaya terawat semua, kalau AC kan semuanya pintu, kaca tertutup,” jelasnya.
Uang hasil kolektif tersebut katanya melanjutkan, akan digunakan untuk pemeliharaan taman, kolam ikan dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Selain itu, katanya, uang itu juga akan digunakan untuk membeli air minum, sebab katanya, jika setiap kali membeli air harus dilakukan dengan cara kolektif antar keluarga sekolah, maka akan membebankan mereka yang hanya memiliki upah 1,8 juga perbulan.
“Kalau dibebankan ke sekolah semua terurus ga? Terurus, cuma ga bisa setiap saat. Belanja itu setahun sekali,”
“Ini sifatnya sumbangan untuk memenuhi,” katanya menegaskan.
Muslih melanjutkan, dari sekian banyak siswa saat ini yang baru menyerahkan ulangan sumbangan tersebut baru sekitar 50 persen, dan sudah terkumpul sedikitnya 8 juta rupiah. Ia berdalih tidak pernah menagih sumbangan kepada para wali murid.
“Sekarang uang yang terkumpul sudah 8 juta dari sekian banyak wali murid, baru 50 persen sekian lah yang baru nyumbang. Kalau dirata-rata 25ribu perorang,” tutupnya.