Tangerangupdate.com – Pemilihan kepala daerah kota depok akan segera berlangsung dalam beberapa bulan ini yaitu pada tanggal 27 November 2024. Berbagai macam tahapan-tahapan dan sosialisasi telah berlangsung guna untuk meningkatkan angka partisipasi pemilih dan menurunkan angka golput khususnya untuk pemilih muda.
Dalam upaya untuk mensukseskan gelaran pilkada tahun 2024 KPU kota dianggarkan sebesar Rp73 Miliar yang keseluruhan diambil anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Kota Depok. Angka ini naik sekitar 10 persen dari anggaran tahun sebelumnya.
Besarnya anggaran yang dikeluarkan oleh KPU kota depok mempertimbangkan dengan bertambahnya jumlah pemilih tetap yaitu tercatat sebanyak 1.393.282 orang dari pilkada tahun sebelumnya sebanyak 1.229.362 orang Daftar pemilih tetap.
Dengan anggaran sebesar itu KPU kota depok mentargetkan angka partisipasi pemilih sebesar 83 persen.
Pernyataan tersebut hanya sebatas tong kosong yang nyaring bunyinya, Pada kenyataannya angka golput masih mengungguli angka perolehan dari para pasangan calon atau dapat dikatakan pemilih golput menang dari perolehan suara secara keseluruhan.
Terbukti pada pemilu tahun 2020 jumlah golput dalam hasil rekapitulasi final KPU kota depok mencapai 481.016 atau 39,12 persen dari total 1.229.362 daftar pemilih tetap (DPT). Artinya angka partisipasi pemilu hanya mencapai 61 persen. Hal serupa juga terjadi pada Pilkada Kota Depok 2015. Tingkat partisipasi pemilih dalam gelaran Pilkada Kota Depok 2015 pada 9 Desember 2015 lalu, ternyata hanya 56,86 persen saja.
Dari Daftar pemilih tetap tahun 2024 tercatat sebanyak 55 persen pemilih muda yang terdaftar sebagai pemilih yang merupakan gabungan dari Generasi Milenial dan Generasi Z. Pemilih Generasi Z tercatat sebanyak 294.467 orang, sedangkan Generasi Milenial tercatat sebanyak 500.558 pemilih.
Dari data tersebut kemungkinan besar angka golput akan tetap sama dan akan bertambah mengingat kesadaran politik bagi anak muda di kota depok masih sangat minim hal ini didasarkan atas faktor-faktor tertentu terutama kurangnya sosialisasi pendidikan politik, kurangnya kesadaran akan pentingnya peran pemuda sebagai aktor penggerak demokrasi serta kekecewaan terhadap pemerintah kota depok yang dinilai gagal dalam mengatasi masalah-masalah yang belum pernah bisa terselesaikan.
Ini menjadi masalah yang darurat karena anak muda memiliki peran penting sebagai pengawal demokrasi agar dapat berjalan secara sehat demi mewujudkan kepemimpinan yang terbaik untuk daerahnya.
Oleh : Peneliti Research Public Policy And Human Rights (RIGHTS), Septian Haditama.
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pembaca Tangerangupdate.com. Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.