Oleh : Nur Mega Sari | HMI FT Unpam
TIDAK terasa, 74 tahun usia Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi mahasiswa tertua ini terus menggelinding dalam berbagai dinamika perjuangannya sesuai era generasinya. Pasca Indonesia merdeka, dinamika kepemudaan selalu mewarnai perjalanan sejarah bangsa Pemuda baik yang berlatarbelakang intelektual, ulama, dan militer semua mempunyai peran masing-masing untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dinamika kepemudaan itu salah satunya ditandai oleh kelahiran organisasi mahasiswa yang dipelopori oleh pemuda perantau dari Padang Sidempuan, dia adalah Lafran Pane. Pada tanggal 5 Februari 1 947, bertepatan pada tanggal 1 4 Rabbiul Awal 1 366 Hijriah, berlokasi di Sekolah Tinggi Islam (STI), Lafran Pane dan kawan-kawan bersepakat untuk mendirikan organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Melihat kondisi umat dan bangsa yang masih rentan terhadap konflik yang datang dari luar maupun yang timbul dari dalam, maka oleh Lafran Pane beserta pendiri lainnya,mengusahakan HMI dengan dua tujuan awal. Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia. Kedua, Menegekkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Dan setelah terbangunnya organisasi HMI, HMI langsung diterpa oleh angin kencang, tekanan dan ancaman bertubi”. Saat Agresi Militer Belanda dilancarkan tahun 1947, tidak segan-segan para kader HMI ikut terlibat perang bersenjata untuk melawan kedatangan kembali imperialisme Belanda.
Selain itu juga kader HMI menghadapi pemberontakan Madiun 18 September 1 948, Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, dengan mengarahkan anggota CM pergi ke gunung-gunung, untuk memperkuat aparat pemerintah. Kemumgkinan sejak kejadian itulah PKI menyimpan api dendam kepada HMI.
Benturan kedua organisasi ini akhirnya meletus pada dekade 1 960-an. “Anak-anak CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia) lebih baik pakai sarung saja kalau tidak bisa membubarkan HMI!” begitulah ungkapan kekesalan Ketua Umum PKI D.N. Aidit, saat memberi sambutan acara Kongres CGMI di Istora Senayan. Provokasi dan agitasi CGMI (onderbow PKI) terus mendesak pemerinthan Sukarno agar HMI segera dibubarkan karena dianggap kontra revolusi, dituduh anak partai terlararang Masyumi, dan anti Manipol Usdek.
Namun, slogan PKI yang massif disuarakan “Ganjang HMI” dan menuntut pemerintah untuk membubarkan HMI adalah usaha yang tidak membuahkan hasil. Ketetapan Hati Bung Karno untuk tidak membubarkan HMI tidak bisa diintervensi oleh PKI sekalipun. Karena menurutnya, HMI bukanlah organisasi yang kontra revolusi. Bahkan Presiden Sukarno memberikan support kepada HMI dengan mengatakan “Go Ahead HMI”.
Setelah 74 tahun, HMI terus menggelinding dari generasi ke generasi, kepeloporan keumatan dan kebangsaannya semakin redup. Dan Bagaimana pun kita sebagai kader HMI harus tetap merawat khitah organisasi sebagai media perjuangan umat dan bangsa dalam amarmakrufnahimunkar. Kedepan, agaknya, tantangan HMI semakin berat, tak hanya bagaimana tetap merawat khitah organisasi, tapi juga perubahan karakter generasi.